Setiap penghujung akhir tahun, banyak sekali warga yang akan mempersiapkan diri untuk menyambut tahun baru keesokan harinya, mereka menyambutnya dengan cara bergembira ria dengan keliling-keliling kota bersama sanak keluarga dan saudara, makan-makan dengan pesta yang sangat meriah, sampai menyalakan kembang api di udara.
Tak ketinggalan pula, jauh-jauh hari sebelumnya banyak para pedagang yang menjajakan hasil dagangannya dengan berjualan terompet, seakan tahun baru tak ada terompet akan menjadi terasa sangat hambar bagaikan seperti sayuran tanpa garam.
Para pedagang seakan terus “berlomba” untuk meraih hasil keuntungan yang sebanyak-banyaknya saat akan menjajakan terompetnya. Para pedagang tersebut pun tak berhenti untuk membuat terompet dengan berbagai macam bentuk baru, seperti ikan, buaya, naga, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk menarik minat dari para konsumen agar mau membeli, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
Seiring berjalannya waktu, terompet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan menjelang tahun baru, adanya terompet telah memberikan suasana yang penuh keakraban antara satu sama lain, sehingga walaupun terkesan juga sangat berisik bunyinya namun adanya terompet di tahun baru, tetap memberikan sesuatu yang indah dalam hidup ini.
Akan tetapi, saat ini penjualan terompet terkadang mengalami penurunan, hal tersebut disebabkan adanya harga bahan baku yang telah menanjak naik, sehingga tak sedikit para pedagang merasa kesulitan untuk menjajakan hasil dagangannya tersebut. Berbagai cara pun dilakukan oleh beberapa pedagang dengan menjual terompetnya dengan harga yang sangat murah.
Berapa keuntungannya ? rasanya sangat sedikit sekali karena para pedagang merasa harga yang di jualnya sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tentu saat ini yang diharapkan para pedagang terompet ialah dengan cara berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sesuai, sehingga para pedagang tersebut juga dapat merayakan tahun baru bersama keluarganya dengan penuh keceriaan.