Inalillahi Wa Inalillahi Rojiu’n.
Hari Minggu malam kemarin (7/8) Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya dalam dunia olah raga, yakni pemain dan pelatih Rusdy Bahalwan. Sosok Rusdy Bahalwan dalam kancah sepak bola sangat membanggakan, dengan sederet prestasi yang beliau raih khususnya di tingkat Jawa Timur.
Kepribadian lelaki kelahiran Surabaya, 7 Juni 1947 ini sangat sederhana dan rendah hati, dimata para pemain, sosok Rusdy Bahalwan selalu memberikan motivasi bertanding kepada skuadnya. Beliau selalu memberikan siraman rohani kepada para pemain, agar selalu menjadi pemain yang tidak bermewah-mewahan (superstar) dalam sepak bola, dan dari hal tersebut beliau dijuluki juga sebagai guru agama.
Kencintaan Rusdy Bahalwan dalam sepak bola, karena adanya keturunan keluarga dari ayahnya (Ali Bahalwan) sebagai ketua klub internal di Surabaya dan kakaknya (Himyar Bahalwan) sebagai pemain sepak bola pada masa itu. Rusdy Bahalwan sejak kecil pun digembleng untuk menjadi pemain yang kelak mengharumkan bangsa, dan ternyata Rusdy Bahalwan pun membuktikan untuk menjadi pemain timnas merah putih saat berusia 25 tahun, dan akhirnya Rusdy Bahalwan, dkk meraih gelar juara pesta Sukan Singapura di tahun 1972.
Sebagai putra daerah asli Surabaya, sewaktu Rusdy Bahalwan muda juga membela tim Persebaya yang saat itu beliau meraih piala kompetisi perserikatan di tahun 1977. Sikap Rusdy Bahalwan tersebut menunjukkan bahwa beliau setia kepada Persebaya, dan semasa hidupnya beliau menghabiskan karirnya di Persebaya, tanpa pindah ke klub lainnya.
Nama Rusdy Bahalwan kian melambung, saat menjadi pelatih PON Jatim ke 14 ditahun 1996, yang mana beliau meraih medali emas, dan setahun berikutnya di tahun 1997 beliau mengantarkan Persebaya menjuarai Ligina ke 3. Sewaktu membesut Persebaya di tahun 1997, Rusdy Bahalwan membentuk skuad yang sangat tangguh dengan merekrut pemain-pemain muda, seperti Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, (alm) Ery Erianto, hingga pemain asing dari Brazil, Jacksen F Tiago.
Di tahun 1998, PSSI memanggil Rusdy Bahalwan untuk di tunjuk sebagai pelatih timnas untuk mengikuti turnamen antar Asia Tenggara di ajang Piala Tiger (sekarang Piala AFF). Namun, di ajang ini timnas ternoda oleh gol bunuh diri yang sengaja dilakukan oleh Mursyid Efendi, Mursyid Efendi melakukan hal tersebut untuk menghindari lawan saat di final, namun dampak kekalahan menyesakkan tersebut, Mursyid Efendi di hukum oleh AFC (Federasi Sepak Bola Asia) seumur hidup, dan tidak boleh mengikuti timnas. Sungguh ironis sekali. Syukurlah Rusdy Bahalwan tidak terkena sanksi, karena Mursyid Efendi yang nekat melakukan tindakan konyol tersebut, tetapi bagaimanapun hati beliau dan reputasinya sebagai pelatih tim merah putih saat itu hancur.
Kini, legenda sepak bola Surabaya dan Indonesia pergi untuk selama-lamanya, kenangan masa lalu dalam hidupnya memberikan kenangan yang sarat dengan luapan emosi, sosok beliau yang rendah hati “dikalahkan” oleh penyakit yang beliau derita beberapa tahun terakhir, hingga dia selalu terbaring lemah di sebuah tempat tidur.
Sekali lagi, selamat jalan untuk legenda sepak bola Rusdy Bahalwan, doa kita semua menyertaimu. Amin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar